Selasa, 26 Januari 2016

27 Januari 2016

27 Januari 2016

Firmware dan software tentu merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi pengguna ponsel cerdas Android yang hobi ngoprek. Meski dalam pemakaian sehari-hari kedua istilah ini sering dianggap sama, namun dalam praktiknya keduanya sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Software merupakan sekumpulan instruksi digital yang berfungsi untuk mengendalikan kerja hardware.  Software dimuat dari penyimpan ke RAM berdasarkan permintaan dan dirancang supaya lebih mudah untuk diubah (Software is loaded from storage (flash, disk, network, etc) into the computer's operating memory (RAM) on demand, and is designed to be easy to change). Sedangkan firmware merupakan kelas software yang sengaja dibuat supaya tidak mudah untuk diubah. Pada komputer, firmware merupakan software bawaan seperti BIOS yang memerlukan tindakan khusus untuk mengubahnya. 

Software dalam bahasa Indonesia kerap diterjemahkan menjadi perangkat lunak, sementara firmware dalam Glosarium Badan Bahasa diterjemahkan menjadi perangkat tegar. Tegar disini merujuk pada sifatnya yang tidak mudah berubah. Namun demikian dalam bahasa Indonesia, tegar biasanya memiliki konotasi yang bertalian dengan keteguhan pendirian atau ketabahan dalam menghadapi ujian. Adanya perbedaan dalam konotasi inilah yang menyebabkan istilah ini menjadi jarang sekali diadopsi. Untuk itu perlu kiranya mengganti istilah tegar ini dengan istilah lain yang tidak mengandung konotasi lain. Pilihan saya jatuh pada pagun yang memiliki pengertian kukuh. Dengan demikian, firmware dapat diterjemahkan menjadi perangkat pagun.

Senin, 25 Januari 2016

25 Januari 2016

25 Januari 2016




Amble: Berjalan santai
Kami berjalan santai menyusuri pantai
Limp: Terhuyung, terseok-seok, gontai
Atlet yang cedera itu berjalan terseok-seok meninggalkan lapangan
Swagger: Berjalan kacak
Dia berjalan kacak menghampiri wanita cantik itu
Lumber: Berderap-derap
Kawanan gajah berderap-derap melintasi ladang
Shuffle: Menyeret kaki
Manula itu menyeret kakinya sepanjang ruangan
Waddle: Menyerong, merudu
Pria bertubuh kecil itu berjalan menyerong ke arahku
Meander: Merambang-rambang, mondar-mandir, berputar-putar
Selama dalam perjalanan, kami berputar-putar mengelilingi kota
Edit: Swagger--> berjalan kacak

Minggu, 24 Januari 2016

24 Januari 2016

24 Januari 2016

Kepalaku terasa berat hari ini setelah seharian keliling Jakarta-Bekasi. Menyambung luahan gagasan saya kemarin, pada hari ini saya ingin mengungkap beberapa conton inkonsistensi Ejaan Baku Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan kosakata serapan asing. Dalam menuliskan kosakata serapan, bahasa Indonesia umumnya menempuh salah satu dari ketiga cara berikut:

1. Ejaan diubah mengikuti pengucapan, Televisi, fungsi, petisi adalah contoh kata serapan yang masuk  dalam kategori ini.
2. Ejaan tetap namun pengucapan berubah. Bank, modem, jum'at, intern adalah contoh kata yang ejaannya tidak mengalami perubahan namun ucapannya disesuaikan dengan kaidah pengucapan yang lazim dipakai oleh orang Indonesia.
3. Ejaan dan pengucapan tetap. Shuttle cock, reshuffle, ebola, SARS adalah contoh kata yang masuk dalam kategori ini.

Selain ketiga kategori diatas, ternyata saya menemukan satu kategori lagi:

4. Ejaan dan pengucapan baku menurut KBBI namun sayang mayoritas rakyat Indonesia enggan mengikutinya karena berbagai alasan. Shalat dan ramadhan adalah contoh kata yang masuk dalam kategori ini. Pembaca tentu bisa merasakan sendiri bahwa sebagian besar Muslim tentu akan lebih nyaman menuliskan menshalatkan jenazah ketimbang menyalatkan jenazah. 

Jadi masih perlukah bagi Badan Bahasa untuk mempertahankan sikap keras kepalanya dalam hal ini? Tidak sadarkah mereka bahwa usaha yang mereka lakukan itu sia-sia belaka? 

Bahasa adalah benda hidup yang akan terus berkembang. Segala upaya untuk mengatur dan mengendalikannya merupakan usaha yang niscaya akan berakhir dengan kegagalan. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah dengan berupaya menganalisanya sehingga dapat mengajarkannya kepada semua orang guna menciptakan kesamaan pemahaman yang pada gilirannya inilah yang seharusnya disebut baku. Bagaimana menurut pembaca?

Jumat, 22 Januari 2016

23 Januari 2016

23 Januari 2016

Hujan semalaman benar-benar membuat otakku begitu beku sehingga sulit berpikir. Setelah menyelesaikan unduhan drama Korea, sekaranglah waktunya untuk kembali menuliskan uneg-uneg yang ada di pikiranku. Pernahkah pembaca mempertanyakan soal ejaan yang disempurnakan atau lazim disingkat EYD yang pertama kali diresmikan pada bulan Agustus 1972 itu? Tahun dan bulan ini juga dijadikan sebagai tonggak pertama bagi Malaysia untuk memulai ejaannya yang baru. Hadir dengan nama ejaan rumi, Malaysia berupaya menghilangkan jejak kolonialisme Inggris dari bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi negeri monarki tersebut.

Malaysia menunjuk Dewan Bahasa dan Pustaka sebagai lembaga yang berwenang mengurusi bahasa, sementara Indonesia mendirikan Pusat Bahasa untuk menjalankan fungsi yang kurang lebih sama. Sebagai penguasa kelahiran jawa, Presiden Soeharto mencoba mewarnai ejaan yang diusulkannya dengan aksen berbicara orang Jawa ketika menggunakan bahasa persatuan ini. Salah satu kata yang jadi korban penjawaan tersebut adalah huruf h dan f.

Seperti sudah jamak diketahui, bahasa Jawa adalah bahasa yang ditulis menggunakan aksara jawa yang menurut sejarahnya merupakan hasil modifikasi dari aksara Pallawa asal India. Aksara hasil gubahan Ajisaka ini bahkan masih terus digunakan meski pengaruh Islam sudah mulai masuk di tanah jawa.

Salah satu ciri utama aksara Jawa yang sangat menonjol adalah absennya huruf F. Seluruh kosakata yang berhuruf awal F yang berasal dari bahasa Arab semuanya dituliskan dengan menggunakan aksara Pa. Ciri yang melekat pada aksara Jawa ini kemudian coba dipaksakan penerapannya pada bahasa Indonesia dengan mengganti seluruh kosakata F yang berasal dari bahasa Arab dengan huruf P. Pikir, Paham, Napas, adalah beberapa contoh kosakata Melayu dari Arab yang ditukar paksa ejaannya.agar selaras dengan bahasa jawa yang memang tidak mengenal huruf F.

Ciri kedua yang juga melekat pada aksara Jawa adalah huruf Ha yang dibaca a. Dalam bahasa Jawa, kata-kata seperti Hutang dibaca utang meski aksara yang digunakan adalah huruf Ha yang mendapatkan suku untuk menghasilkan pengucapan U. Segera setelah mengetahui hal ini, Pusat Bahasa pun lantas mencoba untuk menyesuaikan dirinya dengan selera penguasa waktu itu dengan menghilangkan huruf H dalam terbitan kamus besar bahasa Indonesia yang terbaru.

Lucunya, pengubahan secara sengaja tersebut ternyata tidak berlaku alias dikecualikan bagi kata-kata yang diserap dari bahasa Belanda dan Inggris, Fungsi, fungi, konferensi adalah diantara contoh kata yang tidak diubah tersebut. Sementara untuk kata yang berawalan H, penghapusannya berlangsung secara tidak konsisten antara satu kata dengan kata lainnya. Kata-kata seperti hutang, himbau, hembus ditukar ejaannya dengan menghilangkan h didepannya, sementara kata seperti hitam, hirup, hangus, hitung tidak mengalami perubahan sama sekali.

Ketika masa reformasi bergulir dan para pemimpin datang silih berganti, persoalan kebahasaan inipun tidak kunjung mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bahasa yang semestinya menjadi kebanggan bangsa Indonesia ini harus menjadi korban ambisi penguasa yang menganggap bahasa jati diri negara ini sebagai barang mainan yang bisa diperlakukan dengan sesuka hati. Mudah-mudahan kedepannya, pemerintah bisa mengambil perhatian lebih dalam menuntaskan masalah ini.

Kamis, 21 Januari 2016

22 Januari 2016

22 Januari 2016

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Jika menilik pada penggunaannya, istilah ada yang digunakan secara meluas alias umum dan ada pula yang hanya digunakan untuk bidang ilmu tertentu. Dengan fungsinya yang berkait erat dengan konsep, proses dan sifat, pembentukan istilah sudah barang tentu memerlukan kecermatan yang sangat tinggi agar dalam penerapannya tidak menimbulkan kerancuan paham yang berujung pada kegagalan proses transfer ilmu dan teknologi dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Guna memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan antara istilah dengan kata, berikut saya paparkan  contoh yang saya temui yang berkaitan erat dengan pekerjaan saya sehari-hari:


Pada Gambar diatas, pembaca bisa melihat sebuah aplikasi pencatat dari ponsel pintar Samsung bernama memo. Pada bagian atas, pembaca bisa melihat dari kiri ke kanan masing-masing list, pen, eraser, delete, save dan more. Pada buku panduan Samsung, pembaca bisa mengetahui fungsi dari masing-masing item tersebut:

1. List : Open the action memo list (buka daftar memo tindakan)
2. Pen : Write a memo or change the pen color (Tulis memo atau ubah warna pena)
3. Eraser: Erase the memo
4. Delete: Delete the memo
5. Save: Save the memo (Simpan Memo)
6: More: Acces Additional Options (Akses Pilihan Tambahan)

Pembaca dapat melihat bahwa pada nomor ketiga dan keempat, saya mengalami kesulitan dalam menerjemahkan kalimat bahasa Inggris yang sejatinya berisi penjelasan fungsi dari item menu dimaksud. Beruntung dengan adanya gambar yang disertakan, pembaca tentu sudah bisa menebak apa fungsi dari masing-masing item diatas.

Kerancuan yang timbul pada gambar dan keterangan yang disertakan diatas tentu bukanlah perkara yang bisa dianggap remeh. Apalagi bila hal tersebut terjadi pada buku teks acuan mata pelajaran atau mata kuliah. Perkaranya jadi makin pelik dan rumit jika penulis buku tidak menyertakan gambar sebagai penjelas konsep dari istilah yang diungkapkan. Dari sinilah perlunya dilakukan usaha yang serius lagi sungguh-sungguh guna menata istilah bahasa Indonesia agar dapat tampil menjelaskan konsep-konsep yang rumit dalam dunia modern yang berkembang kian pesat.

21 Januari 2016

21 Januari 2016

Hari ini saya menemukan istilah yang sudah begitu lazim digunakan dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris. Ini adalah sebuah kata benda yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari yang kini kian dipengaruhi oleh keberadaan ponsel pintar. Meski benda ini sudah lebih dulu ada sebelum ponsel cerdas menjadi tenar seperti saat ini, namun rupanya hingga saat ini para pengambil kebijakan di negeri ini terkesan membiarkan istilah ini masuk begitu saja dalam bahasa persatuan kita tanpa ada upaya untuk membakukan ejaannya.

Benda yang kerap menemani para penglaju ibukota dalam perjalanan rutin menuju dan meninggalkan tempat kerja di pagi dan sore hari ini tidak lain adalah earset. Berbeda dengan earphone yang hanya khusus digunakan untuk keperluan mendengarkan musik, earset merupakan peranti bantu dengar yang juga memiliki kemampuan komunikasi dua arah dengan keberadaan mikrofon sebagai alat untuk menerima suara.

Sama seperti halnya dengan earset yang merupakan pasangan alat pengeluar suara dan penerima suara, headset juga merupakan peranti dengan fungsi sama yang penggunaannya dengan dikenakan pada kepala.

Bila pembaca menilik laman Badan Bahasa, sebenarnya para ahli bahasa yang duduk di lembaga yang dipandang paling autoritatif dalam menentukan standar bahasa ini sudah berupaya mengusulkan beberapa istilah. Berikut adalah beberapa istilah usulan Badan Bahasa tersebut:

Earphone: Pelantang Telinga/Peranti Dengar
Headphone: Telepon Kepala

Sayangnya, istilah usulan tersebut gagal menggantikan keberadaan istilah sumbernya lantaran kelemahan dalam menggambarkan konsep dari peranti yang coba dicarikan padanannya tersebut. Oleh karena itu ada baiknya apabila Badan Bahasa berupaya mencarikan istilah kuno yang memiliki makna mendekati untuk kemudian diperluas maknanya agar dapat memayungi konsep dari kedua istilah yang dibahas tersebut diatas.

Setelah membuka-buka KBBI, saya akhirnya menemukan kata hatif merupakan istilah arkais atau kuno yang kini tidak terpakai lagi yang menurut hemat saya sangat pas untuk menggantikan kata tersebut. Berikutnya tinggal tambahkan saja dengan kepala atau telinga. Sebagai informasi tambahan, Hatif sendiri merupakan padanan bagi telepon bagi bahasa Arab. Dijadikannya Hatif sebagai padanan telepon pada bahasa Arab ini sebenarnya merupakan hasil perluasan makna bisikan gaib yang ada dalam konsep sufi.

Singkat kata, berikut ini adalah istilah yang saya usulkan untuk menggantikan earphone, earset, headphone dan headset:

Earphone: Pelantang Telinga
Earset: Hatif Telinga
Headphone: Pelantang Hulu
Headset: Hatifka (hatif kepala)





Selasa, 19 Januari 2016

20 Januari 2016

20 Januari 2016

Pernahkah Anda tergelitik ingin mengetahui asal-usul flash memory? Mengapa chip penyimpan yang banyak digunakan pada era modern ini mendapatkan sebutan flash? Ternyata meski menyandang nama flash, chip memori yang kini banyak dijual dalam bentuk flashdisk ini tidak punya kaitan sama sekali dengan lampu kilat, petir atau media cahaya lainnya. 

Menurut sejarahnya, flash memori merupakan teknologi penyimpanan yang pertama kali ditemukan oleh Toshiba pada pertengahan dekade 1980-an. Sebutan flash diberikan berkat kesanggupan chip ini dalam melakukan penghapusan blok data secepat kilat (in a flash). Dalam Glosarium bahasa Indonesia, flash memory diterjemahkan menjadi memori kilat. Selain menggunakan kilat sebagai padanan flash, pembaca juga bisa memilih alternatif lain seperti denyar dan decap. 

Sementara itu untuk kata turunan seperti flashing yang berarti tindakan atau proses menghapus dan mengisikan data secara cepat pada memori, pembaca dapat menggunakan pendecapan atau pendenyaran. 

Senin, 18 Januari 2016

19 Januari 2016

19 Januari 2016

Di hari Selasa yang cerah ini, saya menemukan dua kosakata Indonesia yang acap dipakai di ponsel cerdas Android. Langsung saja kita tinjau kedua kosa kata tersebut:

1. Pesan
    Selain kerap dipakai untuk fitur SMS, kata turunannya seperti pesan suara juga acap dipakai sebagai padanan voice mail.
2. Surat
    Sama halnya dengan pesan, surat suara juga terkadang dipakai untuk menerjemahkan voice mail pada kebanyakan ponsel yang beredar di pasaran.

Bisa pembaca lihat dari kedua kosakata diatas, kedua kata tersebut memang sering bertukar tempat sehingga kerap membingungkan pengguna. Inkonsistensi dalam penerjemahan tersebut membuat banyak pengguna ponsel dewasa ini lebih memilih untuk menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia sebagai bahasa pengaturan ponsel mereka. Ini belum termasuk sederetan kata turunan mail yang penggunaannya juga sangat sering ditemui di ponsel pintar. Berikut adalah beberapa contoh pasangan isitilah Inggris dan Indonesia yang berhasil saya temui di lapangan:

1. Voice Messages - pesan suara
2. Voice Mail - pesan suara
3. Voice Mail - surat suara
4. Mailbox - Kotak pesan
5. Mailbox - Kotak surat
6. Letter - Huruf - Surat

Demi alasan konsistensi, surat suara umumnya kerap dijadikan pilihan dibandingkan dengan pesan suara. Namun demikian, masalahnya tidak lantas selesai begitu saja. Surat suara sendiri di Indonesia merupakan sebutan bagi selembar kertas yang digunakan untuk memberikan suara dalam hajatan besar demokrasi alias pemilu. Kerumitan demikian tampaknya bukan hanya memusingkan ahli bahasa Indonesia, ahli bahasa serumpun juga mengalami hal serupa. Sebagai jalan keluarnya, ahli bahasa Malaysia memutuskan untuk menyerap saja istilah tersebut menjadi Mel.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kita harus menempuh jalan serupa? Sebelum memutuskan menyerap kosakata tersebut, mari kita cari tahu lebih dulu padanan kata tersebut dalam bahasa Sansekerta atau bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, ada barid sebagai pengganti mail dalam bahasa Inggris, sementara dalam bahasa Sansekerta saya belum mendapatkan padanannya. Bahkan dalam bahasa Hindi, mail juga ternyata ikut diserap jadi mel.

Barid ternyata merupakan salah satu entri dalam KBBI, sehingga alih-alih menggunakan mel tidak ada salahnya apabila kita mengambil kosakata dari bahasa Arab tersebut sebagai padanan bagi mail. Bagaimana menurut pembaca?

Minggu, 17 Januari 2016

18 Januari 2016

18 Januari 2016


Beberapa hari yang lalu, Saya secara tidak sengaja menemukan sebuah kosakata dalam aplikasi Android KBBI yang cukup membuat saya kagum dan tertegun. Kosakata tersebut adalah rua yang dalam KBBI memiliki makna banyak makan tempat, tidak ringkas, lebar dan luas. Dalam kamus bahasa Melayu terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, rua juga memiliki arti yang kurang lebih sama. Ternyata nenek moyang Nusantara dahulu sudah memiliki kosakata pengganti "Bulky". Ya! Hasil penelusuran saya menunjukkan bahwa bulky itu merupakan kata sifat yang maknanya adalah memakan banyak tempat.

Lalu bagaimana dengan kata dasarnya, bulk? Tenang, Anda tak perlu khawatir karena bahasa Indonesia itu memiliki banyak kosakata warisan Nusantara yang siap dipakai untuk menjelaskan konsep asing yang berasal dari luar. Dalam kamus bahasa Inggris daring, bulk didefinisikan sebagai benda dengan ukuran yang besar atau sesuatu yang mempunyai wujud maha besar (the mass or magnitude of something large.). Jika merujuk pada pengertian tersebut maka kurang lebih ada tiga kata yang dapat dipakai sebagai padanan:

1. Limbak/lambak
2. Ruahan
3. Pukal

Sekian diskusi bahasa hari ini, kalau ada saran dan kritik silakan tinggalkan komentar di kolom yang disediakan.

Salam Satu Indonesia


17 Januari 2016

17 Januari 2016


Hari ini saya ingin mengajak pembaca mendiskusikan padanan bahasa Indonesia istilah asing yang kebetulan saya temui minggu ini:

  1. Edge Screen
  2. Apps Edge
  3. People Edge
  4. Edge Lighting

Mari kita bedah satu persatu

  1. Edge Screen adalah layar lengkung yang berada di tepian bodi ponsel Samsung. Secara harfiah Edge Screen dapat diterjemahkan menjadi layar tepian. Namun demikian demi alasan konsistensi dengan fitur lainnya, saya memandang perlu dicarikan sebuah istilah lain yang nantinya dapat menghindarkan padanan yang dihasilkan dari kemungkinan ambiguitas dan inkonsistensi. Setelah mencari sekian lama, saya akhirnya menemukan istilah Pias yang secara makna merupakan bagian tepi halaman yang tidak bercetak. Sehingga saya mengusulkan agar istilah Layar Pias digunakan sebagai pengganti istilah asing Edge Screen.
  2. Dengan alasan yang sama, saya mengusulkan agar istilah Apps Edge diganti menjadi Aplikasi Pias yang merupakan istilah bagi sederetan aplikasi yang dapat berjalan pada layar pinggir milik ponsel Samsung tersebut.
  3. People Edge merupakan fitur yang memungkinkan pengguna mengelola kontak agar dapat dimunculkan di layar pias. Karena padanan Orang Pias terkesan janggal di telinga, maka saya mengusulkan agar digunakan istilah lain. Pilihan saya jatuh pada Nara yang muradif dengan Orang. Kata Nara umumnya diletakkan di depan, sehingga People Edge dapat disamakan dengan Nara Pias dalam bahasa Indonesia.
  4. Ketika pertama kali membaca Edge Lighting ini, padanan yang muncul pertama kali dalam benak saya adalah Lampu Pias. Ya, Edge Lighting memang memungkinkan pengguna untuk memilih nyala lampu berwarna berbeda untuk kebutuhan tertentu seperti misalnya panggilan telepon masuk dari daftar kontak yang berbeda.
Demikian tulisan sederhana ini saya buat. Kepada pembaca, saya mohon saran dan sumbangsihnya demi kebaikan serta pengembangan bahasa Indonesia kedepannya.

Salam Satu Indonesia