Minggu, 28 Februari 2016

29 Februari 2016

29 Februari 2016

Di hari yang hanya datang sekali dalam empat tahun ini, saya ingin menuangkan beberapa hal terkait dengan bahasa Indonesia. Hal pertama yang ingin saya angkat adalah tentang pedoman pembentukan Istilah dalam bahasa Indonesia. Seperti diungkapkan dalam pedoman pembentukan istilah Badan Bahasa, pembentukan istilah dapat berlangsung melalui proses penerjemahan dan penyerapan. Dalam proses penerjemahan, para pakar dimungkinkan untuk memilih menggunakan konsep atau maksud dari istilah tersebut ataupun menerjemahkannya secara harfiah. 

Dalam bahasa Inggris, penerjemahan langsung ini biasanya dikenal dengan istilah loan translation. Seluruh kata yang membentuk unsur istilah diterjemahkan secara serta merta ke dalama bahasa sasaran. Agar dapat menghasilkan istilah yang akurat, mudah dicerna serta lengkap tanpa harus mengorbankan bahasa Indonesia, penerjemahan langsung seperti ini sudah sepatutnya mendapatkan perhatian lebih. Sayangnya dalam pedoman pembentukan istilah yang ada, Badan Bahasa hanya menyertakan contoh penerjemahan langsung dari bahasa Inggris dan mengabaikan peran bahasa asing lain dalam proses melahirkan istilah baru ini.

Seperti sudah jamak diketahui, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang banyak sekali menyerap kosa kata dari bahasa asing seperti bahasa Arab, Belanda, Portugis, Sansekerta serta bahasa daerah lain di Indonesia seperti dayak, jawa dan sebagainya. Dengan khazanah bahasa nusantara yang berlimpah hingga mencapai sekitar 300 buah, rasanya tidak ada salahnya bila para pakar turut pula melibatkan bahasa daerah dalam upayanya untuk mengembangkan istilah baru.

Istilah yang lahir dari penerjemahan langsung bahasa belanda yang telah memiliki posisi mantap dalam bahasa indonesia sudah seyogianya tidak dikorbankan demi mengedepankan penggunaan bahasa Inggris yang dewasa ini kian populer keberadaannya. Apalagi proses pembentukan istilah yang digiatkan oleh Badan Bahasa ini melibatkan pula negara serumpun yang notabene merupakan negara bekas jajahan Inggris. Jika proses pembentukan istilah ini tidak dilakukan dengan cermat, hal ini dikhawatirkan dapat mengikis  jati diri bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus jati diri kita sebagai bangsa indonesia.

Berikut  penulis sertakan dua contoh istilah yang sebaiknya dipertahankan penggunaannya demi mempertahankan jati diri bahasa dan bangsa Indonesia:

Restaurant : Rumah Makan (Bld: eethuis)
Hospital: Rumah Sakit (Bld: ziekenhuis)

Bagaimana menurut Anda?

Senin, 22 Februari 2016

23 Februari 2016

23 Februari 2016

Hari ini saya ingin meralat tulisan saya sebelumnya tentang firmware yang diterbitkan di blog ini pada tanggal 27 Januari 2016. Meski secara bahasa kata pagun dapat dibenarkan sebagai padanan bagi firm, namun saya menyadari sepenuhnya kalau kata ini bukanlah kata yang lazim dikenal oleh masyarakat. Untuk itu, agar dapat lebih mudah diterima pakai oleh pengguna bahasa Indonesia. memilih kata lain dengan bunyi mirip tentu dapat digunakan sebagai pertimbangan utama saat menentukan padanan sebuah istilah asing.

Dalam KBBI, saya menemukan kata begar yang secara pelafalan berdekatan dengan tegar serta memiliki makna yang juga bersinonim. Dengan demikian firmware dapat diterjemahkan menjadi perangkat begar menggantikan perangkat pagun yang saya usulkan sebelumnya.

Bagaimana menurut pembaca?

Minggu, 21 Februari 2016

21 Februari 2016

21 Februari 2016

Hari ini saya ingin melanjutkan membahas tulisan pertama saya tentang edge screen yang ada pada ponsel pintar Samsung. Meski secara bahasa kata pias dapat dibenarkan sebagai padanan bagi Edge, namun saya menyadari sepenuhnya kalau kata ini bukanlah kata yang lazim dikenal oleh masyarakat. Secara kebetulan ketika membuka Facebook, saya menemukan kata seperti beranda ternyata dapat menjadi padanan bagi Home setelah mendapatkan banyak dukungan dari pengguna Facebook asal Indonesia. Dengan modal penerjemahan komunitas, penemuan padanan bagi seluruh istilah pada Facebook dapat berjalan dengan lebih cepat dan karenanya lebih mudah untuk diterima.

Kembali ke padanan Edge, saya menemukan penggunaan istilah bangunan ternyata lebih banyak disukai dan dikenali oleh pengguna Internet Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bila kata seperti serambi yang lebih sering digunakan dapat menjadi padanan bagi Edge. Saya kira seluruh masyarakat tentu tahu makna serambi yang merupakan bangunan beratap yang posisinya di pinggir atau halaman bangunan utama.

Dengan demikian saya mengusulkan:

1. Edge Screen: serambi layar
2. Apps Edge: Aplikasi serambi
3. People Edge: Serambi Nara
4. Edge Lighting: Lampu Serambi
5. Edge Panel: Panel Serambi

Bagaimana menurut pembaca?

Sabtu, 13 Februari 2016

14 Februari 2016

14 Februari 2016

Pada hari kasih sayang yang mengharu-biru ini, izinkan saya mengucapkan sekalung cinta buat pembaca sekalian ^_^. Pada hari yang cerah cenderung panas ini, saya kembali ingin menuangkan gagasan saya tentang padanan istilah-istilah asing yang populer di Indonesia:


Bungee Jumping: lompat layang
Push-up: tekan tubi
Scout Jump: lompat jongkok
Wearable: sandang
 - Wearable device: peranti sandang
 - SmartWear: sandang pintar
Removable: terasak
 - removable disk: cakram terasak
 - removable drive: kandar terasak

Jumat, 12 Februari 2016

12 Februari 2016

12 Februari 2016

Di hari yang mendung ini saya ingin menuangkan usulan padanan beberapa istilah asing berikut:

Backless Dress: gaun terbuka punggung
Back Up: rekam cadang
Drive: Kandar
 - Driver: pengandar
 - Hard Disk Drive: Kandar Cakram Keras
 - Solid State Drive: Kandar Kejat
 - Network Drive: kandar jaringan
Dashboard: bilah lawa

Jangan lupa tinggalkan komentar untuk memberikan saran.


Selasa, 09 Februari 2016

10 Februari 2016

10 Februari 2016

Kata yang menunjukkan keterangan hari seperti besok, esok dan kemarin merupakan kata yang terbilang sering dipakai dalam bahasa sehari-hari, Meski untuk pemakaian formal menyebutkan tanggal dan nama hari lebih tepat untuk digunakan, namun penggunaannya dalam bahasa lisan tentu tetap perlu untuk diperhatikan. 

Dalam KBBI edisi keempat, lusa merupakan hari sesudah besok alias dua hari dari sekarang. Sementara, kemarin dulu merupakan hari sebelum kemarin atau dua hari yang lalu. Kebiasaan menyebut peristiwa yang terjadi dua hari lalu dengan kemarin lusa tentu merupakan kebiasaan salah yang sayangnya kerap sekali mendapatkan pembenaran dengan seringkalinya kata ini ditayangkan di televisi.

Kata kemarin juga sering digunakan secara salah dengan mendampingkannya dengan kata minggu atau pekan. Kesalahan dalam penggunaan ini biasanya bersumber dari kebiasaan lisan masyarakat Jakarta yang dipengaruhi oleh bahasa betawi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk kata esok, kata ini biasanya untuk menunjukkan waktu di masa datang tanpa ada keterangan kapan waktu persisnya akan terjadi.

Bagi Anda para penggemar karya sastra, kata seperti tulat dan tubin juga cukup sering digunakan untuk menunjukkan peristiwa yang terjadi masing-masing pada tiga hari dan empat hari dari sekarang.

Sabtu, 06 Februari 2016

7 Februari 2016

7 Februari 2016

Dalam Wikipedia Indonesia (https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_cucu), pembaca dapat melihat bagaimana orang Indonesia menyebut garis keturunan mereka mulai dari garis keturunan lurus ke atas maupun lurus ke bawah. Sayangnya bahasan soal garis keturunan tersebut hanya berhenti sampai ke tingkat ketiga. Lucunya pembahasan silsilah tersebut justru lebih banyak mengacu kepada bahasa Jawa daripada Bahasa Indonesia. Sangat disayangkan bila ensiklopedi maya sekelas Wikipedia ternyata memuat artikel yang berasal dari kontributor yang pengetahuan bahasanya ternyata sangat minim kalau tidak boleh dibilang nol.

Sebagai sebuah situs yang menyajikan informasi ilmiah, sudah sepantasnya bagi para kontributor Wikipedia untuk lebih merujuk ke KBBI ketika mengulas tentang nama-nama sebutan untuk garis keturunan lurus ini. Tentu mengundang pertanyaan besar bila untuk artikel yang mengulas tentang geografi dan bidang-bidang ilmu lain, Wikipedia sampai harus merasa perlu untuk mencantumkan sumber rujukan. Lantas mengapa jika menyangkut bahasa, Wikipedia dengan begitu entengnya mengangkat artikel tanpa berlandaskan pada rujukan yang valid? 

Lalu sebutan apa saja yang diberikan oleh Bahasa Indonesia terhadap garis keturunan langsung dari atas hingga kebawah?

  • Garis keturunan ke atas: Saya - Orang Tua - Kakek/Nenek/Datuk - moyang - buyut - cakawari/cilawagi - nenek moyang
  • Garis keturunan ke bawah: Saya - Anak - Cucu - Cicit - Piut - Oneng-oneng/Anggas - Piut-miut

Jumat, 05 Februari 2016

6 Februari 2016

6 Februari 2016

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pertama kali dinyatakan secara resmi pada tanggal 28 Oktober 1928. Hari yang dikenali sebagai hari sumpah pemuda ini mejadi tonggak perjuangan penduduk Hindia Belanda sebagai satu bangsa yang satu yaitu Bangsa Indonesia. Jika sebelumnya perjuangan mengusir penjajah asing dilakukan atas dasar pembelaan terhadap raja dan para tetua suku, maka sejak tanggal 28 itulah perjuangan memerdekakan rakyat dari penjajahan mulai menemukan bentuknya. Sebagai negara yang mengambil bentuk republik, kewujudan Indonesia sebagai sebuah negara tentu memerlukan perangkat-perangkat kenegaraan yang lebih mengedepankan pada semangat kesetaraan, persaudaraan dan kebersamaan sebagai sebuah bangsa. 

Salah satu alat pemersatu penting sebuah bangsa adalah bahasa. Dengan keberadaan bahasa Melayu yang telah lama mengakar dalam masyarakat Indonesia, maka menjadi wajar bila pada akhirnya bahasa inilah yang dipilih sebagai bahasa nasional. Namun demikian lantaran perbedaan corak pemerintahan, Bahasa Melayu yang berkembang di Indonesia pun tentu akan lebih banyak diwarnai oleh simbol-simbol republik yang mengedepankan kesetaraan manusia didepan hukum.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo pada tahun 1939:

"Jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia."

Penyesuaian yang dilakukan oleh para pendiri bangsa ini umumnya dengan cara menghilangkan beberapa kosakata yang bernuansa feodalisme yang menjadi ciri khas bahasa kerajaan Melayu di masa itu. 

Namun begitu ketika orde lama berakhir dan seorang presiden kelahiran Jawa mulai memegang tampuk pimpinan dengan gaya kekuasaan absolut ala kaum ningrat Jawa, Bahasa Indonesia pun sekali lagi harus dipaksa mengalami pengubahan yang menjadikannya bercorak kejawen, Eufimisme kembali digalakkan dengan mengganti kata yang bermakna lugas khas bahasa kaum revolusioner menjadi kata yang lebih berciri khas kaum ningrat Jawa yang penuh dengan sopan santun serta sarat dengan basa-basi.

Slogan-slogan revolusi yang digaungkan oleh bung Karno, coba dikikis penggunaanya dengan menawarkan istilah jawa sebagai penggantinya. Berdikari yang merupakan slogan populer era orde lama diganti dengan mandiri dan maknanya pun mulai menghilang dari buku-buku pelajaran. Lucunya, kata hasil kreasi Bung Karno yang merupakan akronim dari Berdiri Diatas Kaki Sendiri ini justru menjadi begitu laris dan populer di negara jiran Malaysia hingga saat ini.

Kamis, 04 Februari 2016

5 Februari 2016

5 Februari 2016


Berikut ini beragam istilah jatuh dalam bahasa Indonesia berdasarkan pada posisi dan keadaannya:

1.   Jatuh dari tangga atau ke depan: terjerembab, 
      Dia jatuh terjerembab dari tangga.
2.   Jatuh dari sepeda: terpelanting, terkatah-katah
      Ahmad jatuh terpelanting dari sepeda
3.   Jatuh ke dalam lubang: terperosok, tergerupuk
      Aziz terperosok ke dalam sumur tua yang ada di pinggir hutan.
4.   Jatuh ke dalam sungai: tercebur
      Arif basah kuyup badannya lantaran tercebur saat menyeberangi sungai
5.   Jatuh berbaring: terjengkang, rebah, tertelentang, tercelentang, terjelepak, terjelepok, terjerangkang
6.   Jatuh melayang-layang: meloyong, menjerbak
7.   Bunyi benda besar yang jatuh ke dalam air: redum, gelepung
8.   Bunyi benda kecil yang jatuh ke dalam air: celebuk, cepuk
9.   Pohon berjatuhan karena badai: tumbang
10. Jatuh karena dipukul (orang) atau dipalu (bangunan): roboh
11. Jatuh karena lapuk atau tidak kuat menahan bebab: runtuh
12. Jatuh karena kakinya terhalang sesuatu: tersandung, tertadung, tergelincuh, terjerembat, terjerunuk
13. Jatuh dengan dua kaki terbuka lebar (misal saat menyeberangi parit): terkangkang, terjangkang
14. Terhuyung-huyung seperti akan jatuh: sempoyongan
15. Jatuh dalam posisi terduduk: tersimpuh
16. Menjatuhkan orang dengan memasang kaki: menyimpuk, menjegal
17. Jatuh terjerembab dengan mukanya mencium tanah: tersungkur, tertelungkup, tergelangsar, terjerumus
18. Jatuh dengan kepala di bawah: terjungkir, terjunam
19. Menjatuhkan diri ke tanah lantaran bom atau gempa bumi: bertiarap
20. Kejatuhan benda berat: tertimpa
21: Jatuh merosot: terperosot
22. Bunyi benda ringan yang jatuh ke tanah: debap
23. Bunyi benda berat yang jatuh ke tanah: debam
24. Bunyi buah masak jatuh ke tanah: debuk, lebap
25. Bunyi barang jatuh ke air: cempung, dempung
26. Bunyi benda-benda kecil jatuh: cerup, kelepik
27. Bunyi uang logam yang jatuh: dencing, denting
28. Bunyi buah kelapa jatuh ke tanah: debum. dembam
29. Bunyi anak kecil terjatuh yang baru bisa berjalan: dempam
30. Bunyi tong kosong berjatuhan: berdempang-dempang
31. Bunyi buku atau benda agak berat yang jatuh ke lantai: depak, lepak
32. Bunyi air hujan yang jatuh di kaca: berderai
33. Bunyi benda jatuh terbenam ke dalam lumpur: desup
34. Bunyi air hujan jatuh diatas genting: detap
35. Terdorong ke depan sampai hampir jatuh: terdohok
36. Jatuh dengan perut dan dada ke depan: terhempas, terempap
37. Jatuh terduduk di kursi karena terkejut atau kaget: terperenyak
38. Jatuh karena licin: tergelincir, terpeleset
39. Bunyi setumpuk kertas jatuh: gelebap
40. Jatuh berserakan seperti buah jatuh dari bakul: tergelebar
41. Bunyi piring seng jatuh: gelemprang
42. Jatuh meninggal: tergelimpang, tergelintang, 
43. Jatuh berguling-guling: gelundung, terjungkal, rebah-rempah, tergolek. terhembalang
44. Bunyi barang yang berat dan besar jatuh: gerdam, gerdum, kerdam
45. Jatuh tertancap ke tanah: terhunjam
46. Bunyi seperti batu kecil jatuh di papan: keletak
47. Bunyi uang logam membentur batu: keletang
48. Bunyi benda kecil jatuh ke lantai: keletik
49. Bunyi batu jatuh di tanah: lebuk
50. Bunyi benda sangat ringan di lantai: lepik


Rabu, 03 Februari 2016

4 Februari 2016

4 Februari 2016

Macam-macam bau dan rasa dalam bahasa Indonesia:
Anyir: Bau seperti ikan
Amis: anyir
Angit/hangit: berbau seperti kerak terbakar
Apak: Berbau tak sedap karena lapuk
Aring: Berbau seperti air kencing, pesing
Bacin: Berbau busuk seperti bau ludah
Bangar: Berbau busuk seperti bangkai
Basi: Berbau seperti makanan busuk
Bengu: Berbau tidak sedap seperti tembakau yang sudah lama disimpan
Cengis: Berbau seperti kerak terbakar, angit
Engas: Bau keringat
Hancing: Berbau seperti air kencing, pesing
Haring: Berbau seperti air kencing, pesing
Kahang/Kohong: Berbau busuk seperti bangkai, bangar
Laas: Hilang baunya atau khasiatnya karena sudah terlalu lama disimpan
Lahak: Berbau busuk
Langu: Berbau atau berasa seperti ketela mentah
Lantung: Bau bangkai yang sudah hancur membusuk
Making: Berbau sangat busuk
Malis: Berwarna pucat atau berbau kurang keras
Maung: Berbau yang menyebabkan perut mual
Pacau: Barang berbau busuk yang diletakkan untuk menakut-nakuti burung
Pahang: Bau tidak sedap
Pedar: getir, tengik dsb.
Pengap: Tidak segar karena kurang oksigen
Perengus: Berbau seperti kambing atau biri-biri
Pering: Berbau seperti jengkol, petai dsb.
Pesing: Berbau seperti air kencing
Sangar: Berbau seperti bawang
Sangit: Berbau seperti kerak terbakar
Sengir: Berasa dan berbau seperti kulit jeruk
Tengik: Berbau busuk seperti minyak goreng yang sudah lama.

Selasa, 02 Februari 2016

3 Februari 2016

3 Februari 2016




March: berbaris
Kami berbaris melalui penjuru kota
Stride: menjangkah
Dia menjangkah melintasi kamar
Hobble: Terseok-seok
Mengapa kau berjalan terseok-seok? Apa kau terluka?
Parade: pawai
Ia berjalan menuju kantor layaknya seorang presiden yang sedang berpawai
Sashay: melenggak-lenggok
Para peragawan dan peragawati melenggak-lenggok di dalam ruangan untuk menjalani sesi pemotretan
Sleepwalk: tidur sambil jalan
Istriku mengatakan kalau aku tidur sambil jalan
Wade: menerobos
Kami berjalan menerobos kerumunan orang